Mengenal Shalahuddin Al Ayyubi
Mengenal Shalahuddin Al Ayyubi

Mengenal Shalahuddin Al Ayyubi

SIAPAKAH SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI ?

SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBISultan Solahuddin al-Ayyubi (532 H- W 589 H/ 1138-1193 M), yang dikenali sebagai Pahlawan Perang Salib. Nama lengkap baginda adalah Salahuddin Abu al-Muzhaffar Yusuf bin Ayyub bin Syadi dan menyandang gelaran al-Malik al-Nashir (Sang Raja Penolong). Kekuasaannya sangat luas, bermula dari daerah Tunis dan Barqah di daerah Barat benua Afrika, hingga ke sungai Eufrat di Timur dan dari Mousul dan Aleppo di Utara hingga ke Nubah dan Yaman di Selatan semenanjung Arabia. Kemenangan terbesar Sultan Solahuddin al-Ayyubi ialah di dalam perang Salib di mana pertempuran baginda dengan orang-orang Eropah di Palestin dan Pantai Syiria di dalam perang Hittin, yang diteruskan dengan perebutan kembali Tabariya, Aka, Yafa, Beirut dan penaklukan Qudus.
Yusuf bin Ismail al-Nabhani (t.t.), Hujjatullah `ala al-`Alamin fi Mu`jizat Sayyid al-Mursalin, Beirut; Dar al-Fikr, h. 750

Peranan Sultan Salahuddin al-Ayyubi dalam menyebarkan mazhab al-Asy`aari terletak pada beberapa kebijaksanaannya, seperti mendirikanbeberapa akademi wakaf (madrasah) dan meletakkan syarat kepada para pensyarah dan mahasiswa di sana mengikuti mazhab al-Asy`ari.
Al-Maqrizi (t.t), al-Mawa`izh wa al-I`tibar, Beirut; Dar Shadir, h. 343.

Sultan Salahuddin al-Ayyubi juga mengarahkan pembelajaran kitab Hadaiq al-Fusul wa Jawahir al-Usul, risalah kecil yang berbentuk nazham yang di tulis oleh al-Imam Muhammad bin Hibbatullah al-Makki kepada kanak-kanak yang baru belajar agama di seluruh wilayah kekuasaaannya. Sehingga kitab akidah tersebut dikenali dengan “al-Akidah al-Salahiyyah” dengan tersemat pokok-pokok akidah Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ahyang mengikut mazhab al-Asy`ari.

Baginda juga mengarahkan pembacaan kitab tersebut di atas menara-menara masjid di seluruh negeri yang dikuasainya ketika waktu menjelang subuh (sebelum masuk waktu subuh). Sehingga dengan kebijaksaan tersebut, Sultan Salahuddin al-Ayyubi berjaya mengikis ideologi kebatinan Syiah Ismailiyah, yang sebelumnya ditanamkan oleh pemimpin Dinasti Fatimi di kalangan masyarakat Mesir selama beberapa abad sebelumnya.
Abdul Aziz al-Tha`alibi (1997), al-Risalah al-Muhammadiyyah, Damaskus; Dar Ibn Kathir, ed. Salih al-Kharfi, h. 140.

Kebijaksanaan Sultan Salahuddin al-Ayyubi di dalam menyebarkan mazhab al-Asy`ari tersebut, diteruskan oleh anak cucunya setelah mereka berkuasa. Kemudian pada masa raja-raja Atrak yang menjadi mawali (pemjaga) anak cucu Sultan Salahuddin al-Ayyubi, yang juga menyebarkan mazhab al-Asy`ari dan memiliki hubungan yang erat dengan para ulama’ mazhab al-Asy`ari.
Al-Maqrizi (t.t), al-Mawa`izh wa al-I`tibar, Dar Shadir, Beirut, juz 2. h. 358.

Hubungan erat antara pemimpin Dinasti Salahi dengan para ulama’ mazhab al-Asy`ari tersebut ditandai dengan penulisan kitab-kitab akidah yang dipersembahkan kepada para pemimpin Dinasti Salahi. Misalnya al-Imam Quthbuddin Mas`ud al-Naisaburi yang telah menyusun kitab akidah untuk Sultan Salahuddin al-Ayyubi dan al-Imam Fakhruddin al-Razi yang menyusun kitabnya yang masyhur, Asas al-Taqdis untuk Siltan al-`Adil Muhammad bin Ayyub bin Syadi, adik Sultan Salahuddin al-Ayyubi.
Al-Zahabi (1994), Siyar A`lam al-Nubala, Beirut; Muassasah al-Risalah, ed. Syu`aib al-Arnauth, juz 22. h. 120.

Hal yang lain juga dalam berperanan dominan dalam penyebaran mazhab al-Asy`ari adalah fakta sejarah yang menyatakan bahawa para ulama’ yang bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam melakukan penyebaran Islam di berbagai negeri, semuanya mengikuti mazhab al-Asy`ari. Dalam data-data sejarah disebutkan, bahawa tersebarnya Islam di negeri-negeri Asia Tenggara yang meliputi Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina dan lain-lain dilakukan oleh ulama’-ulama’ sufi yang berasal dari Gujarat India, yang bermazhab al-Syafi`e dan mengikut ideologi al-Asy`ari. Demikian pula, penyebaran Islam di daerah-daerah pelusuk dan pendalaman di Benua Afrika, juga dilakukan oleh ulama’-ulama’ Sufi yang mengikut mazhab Maliki dan mengikut fahaman al-Asy`ari.
Abdullah Nasihi Alwan (t.t.), Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, (tt.t), juz 2. h. 857.


Profil dari sumber lain :

Muslimedianews.com – Shalahuddin Al Ayyubi, dilahirkan pada tahun 532 H, beliau –semoga Allah merahmati beliau- seorang penganut Madzhab Asy’ari dalam aqidah dan pengamal Mazhab Syafi’I dalam fiqih, seorang yang berilmu, shalih, dan mutawadli’ (rendah hati), wara’, beragama, bersahaja (zuhud), sangat rajin untuk shalat berjama’ah, tekun dalam melaksanakan amalan-amalan sunnah dan shalat malam, dan memperbanyak dzikir.

Ia juga senang mendengar bacaan al Qur’an, hatinya khusyu’, banyak meneteskan air mata (karena sedih meratapi kekurangannya), teman yang pengasih, lemah lembut dan suka memberi nasehat, adil, menyayangi rakyatnya, belas kasihan dan suka menolong kepada orang-orang yang dizhalimi dan orang-orang yang lemah, pemberani, pemurah, penyabar, akhlaqnya mulia, hafal al Qur’an, hafal kitab Tanbih dalam fiqih Syafi’i, banyak bertalaqqi hadits-hadits, selalu berdo’a kepada Allah dan tidak membuatnya gentar -dalam berjuang di jalan yang diridloi Allah- celaan orang yang mencela.

Wilayah kekuasaannya dari ujung Yaman sampai Maushil, dari Tripoli barat sampai Naubah, diserahi tampuk pemerintahan untuk seluruh daerah syam, Yaman dan cakupannya seperti Emirat, Qatar, Bahrain, Oman, juga seluruh Hijaz, seluruh daerah di Mesir, banyak membangun dan menyemarakkan masjid-masjid dan madrasah-madrasah, menyemarakkan benteng di gunung, pagar di Kairo, membangun Kubah makam Imam Syafi’i, menghapus penarikan pajak, membuka sekitar tujuh puluh lebih kota dan benteng-benteng, membebaskan Quds (palestina) dan menyucikannya setelah dikuasai selama 90 tahun oleh orang-orang kafir.

Wafat pada tahun 589 H, pada saat meninggal beliau berumur 57 tahun, dan tidak mewariskan kekuasaan ataupun tanah.

Di antara manaqib-manaqibnya:
Beliau memerintahkan pada muadzin untuk mengumandangkan aqidah al Mursyidah diatas menara menjelang shubuh dan para muadzin pun melaksanakannya di setiap malam diseluruh masjid– masjid jami’, kebiasaan itupun berlanjut sekitar 400 tahun lebih.

Sejarawan Taqiyuddin al–Maqrizi (w.845H) dalam kitabnya al Mawaizh Wal I’tibath Bidzikril Alkhithoti Wal Atsar berkata: “Ketika Sultan Shalahuddin Yusuf bin Ayyub diserahi jabatan pemerintahan, beliau mengeluarkan satu perintah kepada para muadzin untuk mengumandangkan di atas menara–menara pada malam hari menjelang shubuh pembacaan aqidah yang dikenal dengan al Aqidah al Mursidah dan selanjutnya para muadzin melaksanakan secara terus menerus perintah itu dengan membacakan kitab aqidah tersebut di setiap malam di seluruh masjid jami’ di Mesir sampai sekarang”.

al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuti (w. 911 H) dalam kitabnya al Wasail ila Ma’rifat al Awail: “Ketika Sultan Shalahuddin Yusuf bin Ayyub diserahi pemerintahan, beliau membuat satu perintah kepada para muadzin untuk mengumandangkan di atas menara–menara pada malam hari menjelang shubuh pembacaan aqidah yang dikenal dengan al Aqidah al Mursyidah dan selanjutnya para muadzin melaksanakan secara terus menerus perintah itu dengan membacakan kitab aqidah tersebut di setiap malam di selruh masjid jami’ di Mesir sampai sekarang”.

Al-‘Allamah al Muhammad ibn A’lan ash-Shidiqi as-Syafi’i (w. 157 H) dalam kitabnya al Futuhat ar-Rabbaniyah a’la al Adzkar an-Nawawiyah berkata: “Ketika Shalahuddin ibn Ayub diserahi jabatan pemerintahan dan beliau menghimbau masyarakat untuk teguh mempertahankan aqidah Asy’ari, beliau memerintahkan kepada para muadzin untuk mengumandangkan aqidah asy’ariyah yang di kenal dengan sebutan al Aqidah al Mursyidah, an mereka terus menjalankan perintah itu dan membacakan aqidah ini setiap malamnya sebelum shubuh”.
*Disampaikan oleh Syaikh Dr. Salim ‘Alwan al-Husaini (Ketua Umum Darul Fatwa Australia) dalam sebuah seminar internasional di Jawa Timur, 30 Juni 2012.

Semoga bermanfaat…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.