Sufyan Ats-Tsauri dan Sufyan bin ‘Uyainah

sufyanSofyan Ats-Tsauri (97-191 H)

Nama aslinya Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al Kufi, ia seorang Al-hafidh adl Dlabith (Penghapal yang cermat). Ia lahir di Kufah pada tahun 97 H..Ayahnya Sa’id salah seorang ulama Kufah, Ia cermat dalam periwayatan hadist sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah dan Yahya bin Ma’in menjulukinya “Amirul Mu’minin fi al-Hadits”, gelar yang sama disandang oleh Malik bin Anas.

Mula-mula ia belajar dari ayahnya sendiri, kemudian dari banyak orang-orang pandai di masa itu sehingga akhirnya ia mencapai keahlian yang tinggi di bidang Hadits dan teologi. Ia telah mendirikan sebuah madzhab fiqh yang bertahan selama dua abad

Mengenai dia, Al-Khatib al Baghdadi berkata: “Sufyan adalah salah seorang diantara para imam kaum muslimin dan salah seorang dari pemimpin agama, kepemimpinannya disepakati oleh para ulama, sehingga tidak perlu lagi pengukuhan terhadap ketelitian, hapalan”.

Sufyan at-Tsauri meriwayatkan hadist dari Al-A’masi (sulaiman bin Mihran), Abdullah bin Dinar, Ashim al-Ahwal, Ibn al-Munkadir dan lainya.

Sedangkan yang diriwayatkan darinya ialah Aburahman Auza’I, Abdurahman bin Mahdi, Mis.ar bin Kidam dan Abban bin Abdullah al-Ahmasi. Orang terakhir yang meriwayatkan darinya adalah Ali bin al-Ja’d.

Abdullah bin Mubarak berkata:” Aku telah mencatat dari 1.100 orang guru dan aku tidak pernah mencatat dari seseorang yag keutamaanya melebihi Sufyan”. Namun ada diantara ulama meriwayatkan dari Ibn Mubarak bahwa Sufyan Ats-Tsauri terkadang meriwayatkan Hadits Mudallas.

Ibnu Mubarak berkata:” Aku pernah menceritakan hadits kepada Sufyan, lalu pada kesempatan lain aku datang kepadanya ketika ia tengah men-tadlis-kan hadits tersebut, dan ketika ia melihatku tampak ia malu dan berkata :” Aku meriwayatkan bersumber dari anda”. Jika ini benar, untuk menyepakati antara dua perkataan Ibn al-Mubarak maka pen-tadlisan yang dilakukan Sufyan itu termasuk tadlis yang tidak membuatnya tercela. Karena itu ia berkata kepada Ibn Mubarak: “Aku meriwayatkannya bersumber dari anda”. Dengan perkataan tersebut ia menghendaki bahwa sanad hadits yang samapai kepadanya tersebut dianggap tsiqah.

Ats Tsauri wafat di Basrah pada tahun 161 H

Sumber http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/28/sofyan-ats-tsauri-97-191-h/


Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah bin Maimun al-Hilali al Kufi. Ia sempat bertemu dengan 87 tabi’in dan mendengar hadits dari 70 orang diantara mereka. Yang paling terkenal diantaranya adalah Ja’far ash-Shadiq, Humaid ath-Thawl, Abdullah bin Dinar, Abu az-Zanad dan Shalih bin Kaisan.

Murid muridnya yang meriwayatkan hadits darinya antara lain: Al-A’masi, Mis’ar bin Kidam, Abdullah bin Mubarak, Asy-Syafi’I, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, dan Ali bin Madini.

Pada tahun 163 H ia pindah dari Kufah ke Makkah, ia menetap di kota ini mengajar hadits dan al-Quran kepada orang orang Hijaz sampai dengan wafatnya.

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata mengenai dirinya:” Dia (sufyan bin Uyainah) seorang yang Tsiqah, Hafidz, dan seorang yang ahli fiqh, Boleh jadi dia melakukan Tadlis tetapi dari orang orang yang terpercaya”.

Ia meriwayatkan hadits sekitar 7.000 hadits, Imam Syafi’I memberikan kesaksian atas keilmuannya: “Andaikata tidak ada Malik dan Ibnu Uyainah, niscaya hilang ilmu Hijaz”.

Ia wafat pada tahun 198 H di Makkah dalam usia 91 tahun.

Sumber http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/05/sufyan-bin-uyainah-wafat-198-h/


sebagian cara membedakan antara keduanya:

Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman as-Sa’d hafizhahullah berkata:
Imam Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah tidak meriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri kecuali melalui 2 orang perantara, berbeda dengan Imam Al Bukhari dan Abu Dawud yang kadang meriwayatkan darinya dengan perantara 2 orang dan kadang satu orang.

Adapun Sufyan bin ‘Uyainah, semua pengarang kutubussittah tidak meriwayatkan darinya kecuali dengan perantaraan seorang perawi…, dan penyusun kutubussittah bertemu dengan sebagian besar murid-murid Ibnu ‘Uyainah.

Jika Imam Ahmad berkata dalam Musnad-nya: haddatsana Sufyan, maka maksudnya Ibnu ‘Uyainah karena beliau tidak pernah bertemu dengan Sufyan Ats-Tsauri, maka beliau meriwayatkan darinya melalui perantara seorang perawi. Semua ulama yang hidup semasa dengan Imam Ahmad tidak bertemu dengan Sufyan Ats-Tsauri seperti: Yahya bin Ma’in, Ishaq bin Rahuyah, ‘Ali bin al Madini, Abu Hafsh al Fallas, dan ulama-ulama kibar lainnya, makanya mereka meriwayatkan dari Ats-Tsauri melalui perantaraan seorang perawi.

Sumber http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=72544


Artikel Lain Tentang Ibnu Uyainah
——————————————————————————–

Nama, Kelahiran dan Sifat-sifatnya

Namanya: Abu Muhammad Sufyan bin ‘Uyainah bin Abi Imran Maimun al-Hilali al-Kufi, seorang budak Muhammad bin Muzahim saudara kandung ad-Dhahak bin Muzahim. (Tahdziibul Kamaal 11/177-178)

Kelahirannya: Muhammad bin ‘Umar berkata,”Sufyan bin ‘Uyainah megabarkan kepadaku bahwasanya ia lahir pada tahun 107 Hijriyah.”

Ibnu Sa’ad berkata,”Sufyan bin ‘Uyainah berasal dari Kufah. Dia pembantu Khalid bin ‘Abdillah al-Qusairi. Ketika Khalid bin ‘Abdillah diturunkan dari jabatannya di Irak dan diganti oleh Yusuf bin ‘Umar ats-Tsaqafi, maka Yusuf mencari (memburu) para pembantu Khalid. Akibatnya, para pembantu Khalid termasuk Sufyan bin ‘Uyainah melarikan diri hingga bertemu ‘Uyainah bin Abi ‘Imran di Makkah. Selanjutnya, Sufyan bin ‘Uyainah menetap di sana.”(Thabaqat Ibnu Sa’ad 4/497)

Sifat fisiknya: Sufyan bin ‘Uyainah sebagaimana disampaikan al-Mizzi adalah seorang yang bermata juling.

Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Abu Nu’aim rahimahullah berkata:”Di antara imam yang amin (dapat dipercaya), berakal cerdas, mampu ber-istibath hukum (mengambil hukum dari dalil) dan mengorelasikan hukum-hukum tersebut adalah Abu Muhammad Sufyan bin ‘Uyainah. Dia seorang cendekiawan intelektual, seorang kritikus yang zuhud dan ahli ibadah. Keilmuan dan kezuhudannya sudah mashyur di kalangan Ulama.”(Hilyatul Auliya’ 7/270)

Adz-Dzahabi rahimahullah menambahkan:”Sufyan bin ‘Uyainah mulai menghafal dan mencari hadits sejak usianya masih kecil. Karena dia telah banyak menimba ilmu dari para Ulama besar terkemuka, maka hal tersebut membentuk sosoknya sebagai insan yang mutqin (profesional); kaya akan ilmu dan pengetahuan; mempunyai naluri intelektual sangat baik dan mengahasilkan banyak karya.

Usianya yang panjang membuat dirinya sebagai tempat rujukan para Ahli hadits dalam menimba ilmu dan mendapatkan sanad ‘Ali. Para Ahli hadits berdatangan dari berbagai negeri menuju Sufyan bin ‘Uyainah, sehingga tanpa disengaja, di antara mereka saling bertemu antara cucu dengan kakeknya (karena umur Sufyan bin ‘Uyainah yang panjang).” (Siyar A’laamin Nubala’)

Ibnu Mahdi rahimahullah berkata:”Ibnu ‘Uyainah memiliki sebagaian pengetahuan tentang al-Qur’an dan tafsir hadits yang tidak dimiliki oleh Sufyan ats-Tsauri rahimahullah.”

Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata:”Dia adalah orang yang paling tsabit dalam meriwayatkan hadits dari ‘Amr bin Dinar rahimahullah.”

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:”Kalau tidak ada Imam Malik dan Sufyan bin ‘Uyainah, niscya hilanglah ilmu yang ada di daerah Hijaz (Mekah, Madinah dan sekitarnya).”

Abu ‘Isa at-Tirmidzi rahimahullah berkata:”Aku mendengar Muhammad –maksudnya Imam al-Bukhari- berkata:’Ibnu ‘Uyainah lebih kuat hafalannya dibandingkan Hammad bin Zaid.’”

’Abdullah bin Wahb rahimahullah berkata:”Aku tidak mengetahui ada seorang yang lebih mengetahui tafsir al-Qur’an dibandingkan dengan Ibnu ‘Uyainah.” dan beliau juga berkata:”Imam Ahmad bin Hanbal lebih mengetahui tentang sunnah (hadits) Nabi dibandingkan Sufyan (Ibnu ‘Uyainah).”

Waki’ rahimahullah berkata:”Kami menulis hadits dari Ibnu ‘Uyainah pada zaman al-A’masy masih hidup.”

’Ali bin al-Madini rahimahullah berkata:”Tidak ada seorang pun Shahabat az-Zuhri yang lebih sempurna dibandingkan Sufyan bin ‘Uyainah.”

Ahmad bin ‘Abdillah al-‘Ajali rahimahullah berkata:”Ibnu ‘Uyainah adalah seorang yang tsabit (kokoh/kuat hafalanya) dalam hadits; dia menghafal hadits sekitar tujuh ribu hadits, sedangkan dia tidak memiliki kitab (buku).”

Bahz bin Asad rahimahullah berkata:”Aku tidak pernah melihat seseorang sepadan dengan Sufyan bin ‘Uyainah.” Lalu ditanyakan kepadanya:”Apakah Syu’bah juga tidak sepadan dengannya?” Dia menjawab:”Tidak juga Syu’bah.”

Ilmunya yang Luas

Harmalah bin Yahya rahimahullah berkata:”Aku telah mendengar Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:’Aku belum pernah melihat orang yang memiliki piranti ilmu (ilmu alat untuk memahami al-Qur’an dan Hadits) sebagaimana yang dimiliki oleh Sufyan bin ‘Uyainah. Dan aku belum pernah melihat orang yang lebih berhati-hati dalam berfatwa (tidak mudah untuk memberikan fatwa) dibandingkan dengannya.”

Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:”Aku mendapati hadits ahkam (hadits-hadits tentang hukum) semuanya ada pada (dihafal) Ibnu ‘Uyainah rahimahullah kecuali hanya enam hadits saja, dan aku mendapatinya (hadits ahkam) semuanya ada pada Imam Malik rahimahullah kecuali hanya tiga puluh hadits saja.” (Tadzkiratul Kamal 11/190)

Imam adz-Dzahabi menambahkan perkataan di atas:”Maka ini menjelaskan kepada anda tentang luasnya ilmu Sufyan, karena dia menggabungkan hadits-hadits dari orang Irak dan Hijaz, dan dia bertemu dengan banyak ulama (perawi hadits) yang tidak ditemui oleh Imam Malik. Dan keduanya adalah sepadan dalam masalah profesionalisme, akan tetapi Imam Malik lebih agung dan lebih tinggi, karena dia memiliki (guru) Nafi’ dan Sa’id al-Maqbari rahimahumallah.” (Tadzkiratul Kamal)

’Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah berkata:”Ibnu ‘Uyainah termasuk salah seorang yamg paling tahu tentang haditsnya penduduk Hijaz.”(Siyar A’lamin Nubala’)

Keteguhannya Mengikuti Sunnah

Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata:”Sufyan bin ‘Uyainah adalah ulama Ahli hadits yang mengikuti (mengamalkan) hadits tersebut.”

Muhammad bin Ishaq ash-Shaghani rahimahullah berkata:”Telah bercerita kepada kami Luwain, bahwasanya dia berkata:”Dikatakan kepada Ibnu ‘Uyainah:’Apakah ini hadits-hadits yang diriwayatkan tentang masalah ru’yah (hadits yang menyebutkan bahwa orang beriman akan melihat Allah pada hari Kiamat)?” Sufyan menjawab:”Benar, sesuai dengan apa yang kami dengar dari orang-orang yang kami percayai dan kami ridhoi.”

Ibrahim bin Sa’id al-Jauhari berkata:”Aku telah mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Iman adalah ucapan dan perbuatan, ia bisa bertambah dan berkurang.”

Imam ath-Thabrani rahimahullah berkata:”Telah mengabarkan kepada kami Bisyr bin Musa, telah mengabarkan kepada kami al-Humaidi, ia berkata:’Dikatakan Sufyan bin ‘Uyainah:’Sesungguhnya Bisyr al-Marisi berkata:’Sesungguhnya Allah tidak dilihat pada hari Kiamat.’ Maka Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Semoga Allah memerangi si kutu itu (maksudnya Bisyr), apakah dia tidak mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ(15)

”Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang kafir/musuh Allah) pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 15)

Jika Allah juga terhalangi dari pandangan para wali-wali-Nya (maksudnya wali-wali Allah tidak melihat Allah), maka di mana kelebihan wali-Nya dibandingkan musuh-Nya?” (Maksudnya kalau Allah tidak dilihat oleh para wali-wali-Nya yaitu orang-orang beriman, maka tidak ada beda antara wali Allah dengan musuh-Nya)

Kezuhudannya dan Pendapatnya seputar Zuhud

Al-Musayyib bin Wadhih rahimahullah berkata:’Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah ditanya tentang Zuhud, maka beliau menjawab:”Zuhud adalah terhadap apa yang dilarang oleh Allah, adapun untuk yang dihalalkan oleh Allah, maka Dia telah membolehkannya untukmu. Para Nabi menikah, menaiki kendaraan, dan makan. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang sesuatu dan mereka pun meninggalkannya, dengan hal mereka menjadi orang yang zuhud.”

Dari Ahmad bin Ubadah, ia berkata:’Sufyan bin ‘Uyainah mengabarkan kepada kami dan berkata:”Zuhud di dunia adalah bersabar danbersiap-siap menerima datangnya kematian.”

Ahmad bin Abi al-Hawari berkata:’Aku bertanya kepada Sufyan bin ‘Uyainah:’Bagaimanakah orang yang dikategorikan zuhud di dunia itu?’ Dia menjawab:”Disebut zuhud apabila seseorang mendapatkan nikmat ia bersyukur dan ketika menerima musibah ia bersabar.”

Guru-gurunya

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:Ibnu ‘Uyainah meriwayatkan hadits dari Abdul Malik bin ‘mar, Abu Ishaq as-Sab’i, Ziyad bin Alaqah, Aswad bin Qais, Abban bin Taghlab, Ibrahim bin Musa, Muhammad bin ‘Uqbah, Ishaq bin ‘Abdillah bin abi Thalhah, Israil bin Musa, Ismail bin Abi Khalid, Ismail bin Umayyah, Ayyub bin Abu Tamimah as-Sakhtiyani, Yazid bin Abi Bardah, Bayan bin Bisyr, Jafar ash-Shadiq, Jami’ bin Abi Rasyid, Humaid ath-Thawil, Humaid bin Qais al-A’raj, Zakaria bin Abi Zaidah, Zaid bin Aslam, Salim Abi Nadhir, Abu Hazim bin Dinar, Sulaiman at-Taimi, Sulaiman al-Ahwal, Sama, Suhail, Syubaib bin Gharqadah, Shalih bin Kaisan, Shalih bin Shalih bin Hayy, Safwan bin Sulaim, Dhamrah bin Sa’id, ,Ashim al-Ahwal, ‘Ashim bin Bahladah bin Kulaib.

Juga tercatat sebagai guru-gurunya:’Abdullah bin Dinar, Abu Zinad, ‘Abdullah bin Thawus, ‘Abdullah bin Husain, Ibnu Abi Nujaih, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Murid-muridnya

Dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahbahwa orang yang meriwayatkan hadits dari Sufyan bin ‘Uyainah antara lain: al-A’masy, Ibnu Juraij, Syu’bah, Sufyan ats-Tsauri, Mus’ar (di samping itu mereka semua juga termasuk guru Sufyan bin’uyainah), Abu Ishaq al-Fazari, Hammad bin Zaid, al-Hasan bin Hayy, Hammam, Abu al-Ahwash, Ibnul Mubarak, Qais bin ar-Rabi’, Abu Mu’awiyah, Waki’ al-Jarrah, Ma’mar bin Sulaiman, Yahya bin Zaidah (mereka ini hidup sezaman dengan Sufyan bin ‘Uyainah dan meninggal lebih dahulu)

Di anatara muridnya juga; Muhammd bin Idris (Imam asy-Syafi’i) ‘Abdullah bin Wahhab, Yahya al-Qaththan,Ibnu Mahdi,Abu Usamah, al-Faryabi, ath-Thayalisi, ‘Abdurrazaq, Abu Nu’aim, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Ali bin al-Madini, Ishaq bin Rahawaih, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Beberapa Mutiara Perkataannya

Muhammad bin Maimun al-khayyath berkata:’ Aku telah mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Apabila waktu siangku adalah ketololan dan waktu malamku adalah kebodohan, maka apa gunanya ilmu yang aku telah kumpulkan selama ini.”

Ibrahim al-Jauhari berkata:’Aku pernah mendengar Ibnu ‘Uyainah berkata:”Orang yang berilmu yang memelihara ilmunya adalah yang mengamalkan ilmu tersebut.”

Abu Ma’mar berkata:’Aku telah mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Bukanlah disebut Ulama orang yang hanya mengetahui kebaikan dan keburukan, akan tetapi disebut Ulama apabila orang tersebut mengetahui sebuah kebaikan lalu mengamalkannya, dan mengetahui keburukan lalu menjauhinya.”

Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Bergaulah kalian dengan Ulama, sesungguhnya duduk bersama Ulama akan mendapatkan keuntungan, berteman dengan Ulama akan selamat, dan bersahabat dengan ulama merupakan kemuliaan.”

Abu Musa al-anshari berkata:’ Aku mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata:”Janganlah kalian menjadi orang yang berkelakuan buruk, yaitu orang yang tidak mendatangi masjid untuk menunaikan shalat, kecuali setelah iqamat dikumandangkan. Akan tetapi, datanglah ke masjid untuk menunaikan shalat sebelum adzan dikumadangkan.”

Dari Ibrahim bin al-Asy’ats, ia berkata: Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah telah memberitahukan kepada kami dengan berkata:”Telah dikatakan bahwa manusia yang paling rugi di hari Kiamat adalah tiga kelompok manusia:

Pertama:Seorang laki-laki yang mempunyai budak, sedangkan besok di Hari Kiamat, amal kebaikan budak tersebut lebih banyak dari pada amalnya.

Kedua:Seseorang yang memiliki harta, namun tidak mau bersedekah sedikit pun sampai ia meninggal. Kemudian, harta tersebut diwariskan kepada orang lain dan harta itu kemudian disedekahkan.

Ketiga:Seorang Ulama yang ilmunya tidak bermanfaat baginya, akan tetapi dengan diajarkannya kepada orang lain,sedang orang lain itu dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.”

Abu Ayyub Sulaiman bin Dawud, dari Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah dia berkata:”Apabila nasehat yang sedikit tidak bermanfaat bagi orang yang berakal, maka nasehat yang banyak tidak akan menambah sesuatu melainkan kejelekan.”

Wafatnya:

Dari Hasan bin Imran bin ‘Uyainah bin Abi Imran, keponakan Sufyan bin ‘Uyainah ia berkata:”Aku pergi haji bersama pamanku, Sufyan bin ‘Uyainah yaitu pada tahun 197 Hijriyah. Setelah kami menunaikan shalat dengan cara dijamak, dia lalu berbaring di atas tikarnya. Dalam keadaan terbaring itulah dia berkata:”Sungguh aku telah mendatangi tempat ini selama tujuh puluh tahun lamanya, setiap tahunnya aku memohon:”Ya Allah, janganlah Engkau jadikan hajiku kali ini sebagai kesempatan haji terakhirku. Dan sekarang sungguh aku malu sekali kepada Allah karena begitu banyaknya aku memohon kepada-Nya.”

Kemudian Ibnu ‘Uyainah kembali untuk pulang dan akhirnya dia meniggal pada tahun berikutnya, tepatnya pada hari sabtu, hari pertama bulan Rajab tahun 198 Hijriyah dan dimakamkan di Hajun.”

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rahmat kepada beliau dan menempatkan beliau di Surga-Nya yang membentang luas. Amiin

Sumber http://www.alsofwa.com/17087/213-tokoh-sufyan-bin-uyainah-imam-penduduk-hijaz.html


Sufyan ats-Tsauri

——————————————————————————–

“Sufyan Ats-Tsauri adalah pemimpin ulama-ulama Islam dan gurunya. Sufyan rahimahullah adalah seorang yang mempunyai kemuliaan, sehingga dia tidak butuh dengan pujian. Selain itu Ats-Tsauri juga seorang yang bisa dipercaya, mempunyai hafalan yang kuat, berilmu luas, wara’ dan zuhud”, demikian kata Al-Hafidz Abu Bakar Al-Khatib rahimahullah.

Nama, Kelahiran dan Tempatnya

Nama lengkapnya adalah: Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’ bin Abdillah bin Muhabah bin Abi Abdillah bin Manqad bin Nashr bin Al-Harits bin Tsa’labah bin Amir bin Mulkan bin Tsur bin Abdumanat Adda bin Thabikhah bin Ilyas.

Kelahirannya: Para ahli sejarah sepakat bahwa beliau lahir pada tahun 77 H. ayahnya adalah seorang ahli hadits ternama, yaitu Said bin Masruq Ats-Tsauri. Ayahnya adalah teman Asy-Sya’bi dan Khaitsamah bin Abdirrahman. Keduanya termasuk para perawi Kufah yang dapat dipercaya. Mereka adalah termasuk generasi Tabi’in.

Tempat kelahirannya: beliau rahimahullah dilahirkan di Kufah pada masa khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Dan beliau keluar dari Kufah tahun 155 H dan tidak pernah kembali lagi.

Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Sufyan bagaikan lautan yang tidak diketahui kedalamannya, bagaikan air bah yang mengalir yang tidak mungkin terbendung.

Diantara pujian para ulama terhadap beliau adalah:

Waqi’ berkata : “ Sufyan adalah bagaikan lautan”.

Sedang Al-Auza’I juga mengatakan, “Tidak ada orang yang bisa membuat ummat merasa ridha dalam kebenaran kecuali Sufyan.”

Sufyan bin ‘Uyainah juga telah berkata, “Aku tidak melihat ada orang yang lebih utama dari Sufyan, sedang dia sendiri tidak merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling utama.”

Dari Yahya bin Said, bahwa orang-orang bertanya kepada kepadanya tentang Sufyan dan Syu’bah, siapakah diantara keduanya yang paling disenangi?

Yahya bin Said menjawab, “Persoalannya bukan karena senang, sedangkan jika karena rasa senang, maka Syu’bah lebih aku senangi dari Sufyan, karena keunggulannya. Sufyan bersandarkan kepada tulisan sedang Syu’bah tidak bersandar kepada tulisan. Namun Sufyan lebih kuat ingatannya dari Syu’bah, aku pernah melihat keduanya berselisih, maka pendapat Sufyan Ats-Tsauri yang digunakan.”

Dari Yahya bin Ma’in, dia berkata, “Tidak ada orang yang berselisih tentang sesuatu dengan Sufyan, kecuali pendapat Sufyanlah yang digunakan.”

Ahmad bin Abdullah Al-Ajli berkata, “Sebaik-baik sanad yang berasal dari Kufah adalah dari Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari Abdullah.”

Ulama-ulama besar, seperti Syu’bah, Sufyan bin Uyainah, Abu ‘Ashim An-Nabil, Yahya bin Ma’in dan yang lain berkata, “Sufyan adalah Amirul Mukminin dalam hadits.”

Ibnu Al-Mubarak pernah berkata, “Aku telah menulis hadits dari 1100 guru, namun aku tidak tidak bisa menulis sebaik Ats-Tsauri.”

Al-Hafidz telah menuturkan sifat-sifat baik yang dimiliki Sufyan sebagai berikut, “Sufyan adalah pimpinan orang-orang zuhud, banyak melakukan ibadah dan takut kepada Allah. Ats-Tsauri juga pimpinan orang-orang yang mempunyai hafalan yang kuat, dia banyak mengetahui tentang hadits dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu fikih yang mendalam. Ats-Tsauri juga seorang yang tidak gentar cercaan dalam membela agama Allah. Semoga Allah mengampuni semua kesalahannya, yaitu kesalahan-kesalahan yang bukan hasil ijtihad.”

Dan masih banyak lagi pujian-pujian para ulama mengenai beliau rahimahullah, dan cukuplah apa yang disebutkan menjadi bukti bahwa beliau adalah seorang ulama yang sangat dipercaya dan diakui keluasan ilmunya.

Keteguhan Beliau Dalam Mengikuti Sunnah

Dari Syu’aib bin Harb rahimahullah, dia berkata, “Aku berkata kepada Sufyan, “Ceritakanlah sebuah hadits yang karena hadits itu Allah akan memberikan karunia kepadaku, dan jika aku berada di sisi-Nya dan Dia menanyaiku, maka aku akan katakan, “Wahai Tuhanku, Sufyan telah menceritakan hadits ini kepadaku, maka menjadi selamatlah diriku.”

Maka Sufyan berkata, “Tulislah, ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Al-Qur’an adalah Kalamullah bukan makhluk(ciptaan-Nya). Dari-Nya segala sesuatu ada dan hanya kepda-Nya semua akan kembali, dan barang siapa tidak mengakuinya maka dia telah menjadi kafir. Iman adalah perwujudan dari ucapan, perbuatan dan niat, kadar keimanan bisa bertambah dan bisa berkurang.”

Setelah aku menulisnya, kemudian aku tunjukkan tulisan itu kepadanya, dia berkata, “Wahai Syu’aib, apa yang telah kamu tulis tidak akan bermanfaat kepadamu hingga kamu membasuh khuffain (muzzah) dan menganggap bahwa melirihkan basmalah lebih utama dari mengeraskannya. Dan hendaknya kamu beriman kepada ketentuan atau qadar Allah, melakukan shalat berjamaah brsama imam, baik imam shaleh ataupun tidak shaleh.”

Kemudian Sufyan berkata, “Jihad hukumnya wajib, mulai zaman dahulu sampai Hari Kiamat, bersabarlah di bawah pemerinyahan seorang penguasa, baik penguasa yang adil maupun penguasa yang lalim.”

Aku bertanya, “Wahai Abu Abdillah, apakah aku harus berjamaah dalam setiap shalat?” dia menjawab, “Tidak, namun shalat Jum’at, shalat Idul Fithri dan shalat Idul Adha. Berjamaahlah di belakang imam yang kamu dapatkan dalam shalat-shalat tersebut. sedangkan untuk shalat-shalat yang lain hendaknya kamu memilih imam, janganlah kamu shalat berjamaah kecuali bersama imam yang telah kamu percaya, yaitu imam yang memegang teguh Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika kamu berada dihadapan Allah dan ditanya tentang hal-hal yang telah aku pesankan kepadamu tersebut, maka katakan, “Wahai Tuhanku, sufyan bin Said telah memberitakan komentar seperti ini, lalu biarkan masalahmu menjadi tanggungan antara aku dan Tuhanku.”

Adz-Dzahabi memberikan komentar tentang keterangan diatas, dia berkata, “Keterangan ini benar-benar dari Sufyan.”

Guru dan Murid-Murid Beliau Rahimahullah….

Guru-Guru Beliau:

Al-Hafidz berkata, “Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, Abu Ishaq Asy-Syaibani, Abdul Malik bin Umair, Abdurrahman bin ‘Abis bin Rabi’ah, Ismail bin Abu Khalid, Salamah bin Kuhail, Tharik bin Abdirrahman, Al-Aswad bin Qais, Bayan bin Bisyr, Jami’ bin Abi Rasyid, Habib bin Abi Tsabit, Husain bin Abdirrahman, Al-A’masy, Manshur, Mughirah, Hammad bin Abi Sulaiman, Zubaid Al-Yami, Shaleh bin Shaleh bin Haiyu, Abu Hushain, Amr bin Murrah, ‘Aun bin Abi Jahifah, Furas bin Yahya, Fathr bin Khalifah, Maharib bin Datsar dan Abu Malik Al-Asyja’i.”

Beliau juga meriwayatkan dari guru-guru yang berasal dari Kufah, yang diantaranya adalah: Ziyad bin Alaqah, ‘Ashim Al-Ahwal, Sulaiman At-Tamimi, Hamaid Ath-Thawil, Ayyub, Yunus bin Ubaid, Abdul Aziz bin Rafi’, Al-Mukhtar bin Fulful, Israil bin Abi Musa, Ibrahim bin Maisarah, Habib bin Asy-Syahid, Khalid Al-Hadza’, Dawud bin Abi Hind dan Ibnu ‘Aun.

Disamping itu, beliau juga meriwayatkan dari sekelompok orang dari Bashrah, yaitu Zaid bin Aslam, Abdullah bin Dinar, Amr bin Dinar, Ismail bin Umayyah, Ayyub bin Musa, Jabalah bin Sakhim, Rabi’ah, Saad bin Ibrahim, Sima budak Abu bakar, Suhail bin Abi Shaleh, Abu Az-Zubair, Muhammad, Musa bin Uqbah, Hisyan bin Urwah, Yahya bin Said Al-Anshari, dan sekelompok orang dari Hijaz dan yang lain.

Murid-Murid Beliau:

Al-Hafidz berkata, “Orang-orang yang meriwayatkan darinya tidak terhitung jumlahnya, diantaranya adalah: Ja’far bin Burqan, Khusaif bin Abdurrahman, Ibnu Ishaq dan yang lain, mereka ini adalah tergolong guru-guru Sufyan Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya.

Sedangkan murid-murid Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya adalah: Aban bin Taghlab, Syu’bah, Zaidah, Al-Auza’I, Malik, Zuhair bin Muawiyah, Mus’ar dan yang lain, mereka ini adalah orang-orang yang hidup sezaman dengannya.

Diantara murid-muridnya lagi adalah Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Said, Ibnu Al-Mubarak, Jarir, Hafsh bin Ghayyats, Abu Usamah, Ishaq Al-Azraq, Ruh bin Ubadah, Zaidah bin Al-Habbab, Abu Zubaidah Atsir bin Al-Qasim, Abdullah bin Wahab, Abdurrazzaq, Ubaidillah Al-Asyja’I, Isa bin Yunus, Al-Fadhl bin Musa As-Sainani, Abdullah bin Namir, Abdullah bin Dawud Al-Khuraibi, Fudhail bin Iyadh, dan Abu Ishaq Al-fazari.

Selain yang disebutkan diatas murid-muridnya yang lain adalah Makhlad bin Yazid, Mush’ab bin Al-Muqaddam, Al-Walid bin Muslim, Mu’adz bin Mu’adz, Yahya bin adam, Yahya bin Yaman, Waki’, Yazid bin Nu’aim, Ubaidillah bin Musa, Abu Hudzaifah An-Nahdi, Abu ‘Ashim, Khalad bin Yahya, Qabishah, Al-faryabi, Ahmad bin Abdillah bin Yunus, Ali bin Al-Ju’di, dan dia adalah perawi tsiqat (terpercaya) paling akhir yang meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri.

Beberapa Mutiara Perkataannya

Dari Abdullah bin Saqi, dia berkata, “Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata, melihat kepada wajah orang yang berbuat zhalim adalah suatu kesalahan.”

Dari Yahya bin Yaman, dia berkata, “Sufyan menceritakan sebuah hadits kepada kami, ‘Isa bin Maryam ‘Alaihis Salam telah berkata: mendekatlah kalian kepada Allah dengan membenci orang-orang yang berbuat maksiat dan dapatkanlah ridha-Nya dengan menjauhi mereka.”

Orang-orang bertanya, “Dengan siapa kami harus bergaul, wahai Sufyan?” Sufyan menjawab, “Dengan orang-orang yang mengingatkan kamumuntuk berdzikir kepada Allah, dengan orang-orang yang membuat kamu gemar beramal untuk akhirat, dan dengan orang-orang yang akan menambah ilmumu ketika kamu berbicara kepadanya.”

Dari Abdulah bin Bisyr, dia berkata, “Aku mendengar Sufyan berkata, ‘Sesungguhnya hadits itu mulia, barang siapa menginginkan dunia dengan hadits maka dia akan mendapatkannya, dan barangsiapa menginginkan akhirat dengan hadits maka dia juga akan mendapatkannya.”

Dari Hafsh bin Amr, dia berkata, “Sufyan menulis sepucuk surat kepada Ubbad bin Ubbad, dia berkata, ‘Amma ba’du, sesungguhnya kamu telah hidup pada zaman dimana para sahabat terlindungi dengan keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka mempunyai ilmu yang tidak kita miliki, mereka mempunyai keberanian yang tidak kita miliki.

Lalu, bagaimana dengan kita yang mempunyai sedikit ilmu, mempunyai sedikit kesabaran, mempunyai sedikit perasaan tolong menolong dalam kebaikan dan manusia telah hancur serta dunia telah kotor?

Maka, hendaknya kamu mengambil suritauladan pada generasi pertama, yaitu generasi para sahabat. Hendaknya kamu jangan menjadi generasi yang bodoh, karena sekarang telah tiba zaman kebodohan.

Juga, hendaknya kamu menyendiri dan sedikit bergaul dengan orang-orang. Jika seseorang bertemu dengan orang lain maka seharusnya mereka saling mengambil manfaat, dan keadaan seperti ini telah hilang, maka akan lebih baik jika kamu meninggalkan mereka.”

Dalam surat tersebut Sufyan juga berkata, “Aku berpendapat, hendaknya kamu jangan mengundang para penguasa dan bergaul dengan mereka dalam suatu masal;ah. Hendaknya kamu jangan berbuat bohong, dan jika dikatakan kepadamu, ‘Mintalah pertolongan dari perbuatan yang zhalim atau kezhaliman,’ maka perkataan ini adalah kebohongan dari iblis.

Hendaknya kamu mengambil perkataan orang-orang yang benar, yaitu orang-orang yang mengatakan, “Takutlah fitnah dari orang yang taat beribadah namun dia seorang yang bodoh, dan fitnah dari orang yang mempunyai banyak ilmu namun dia seorang yang tidak mempunyai akhlak terpuji.”

Sesungguhnya fitnah yang ditimbulkan dari mereka berdua adalah sebesar-besar fitnah, tidak ada suatu perkara kecuali mereka berdua akan membuat fitnah dan mengambil kesempatan, janganlah kamu berdebat dengan mereka.”

Sufyan juga mengatakan, “Hendaknya kamu menjadi orang yang senang mengamalkan terhadap apa yang telah dia katakan dan menjadi bukti dari ucapannya, atau mendengar ucapannya sendiri. Jika kamu meninggalkannya maka kamu akan menjadi orang celaka.

Hendaknya kamu jangan mencintai kekuasaan, barangsiapa mencintai kekuasaan melebihi cintanya dengan emas dan perak, maka dia menjadi orang yang rendah. Seorang ulama tidak akan menghiraukan kekuasaan kecuali ulama yang telah menjadi makelar, dan jika kamu senang dengan kekuasaan maka akan hilang jati dirimu. Berbuatlah sesuai dengan niatmu, ketahuilah sesungguhnya ada orang yang diharapkan orang-orang disekitarnya agar cepat mati. Wassalam.”

Wafat Beliau

Adz-Dzahabi berkata, “Menurut pendapat yang benar, Sufyan meninggal pada bulan Sya’ban tahun161 H, Al-Waqidi juga mengatakan demikian, sedangkan Khalifah meragukannya dan dia berkata bahwa meninggalnya Sufyan adalah pada tahun 162 H.

Sufyan rahimahullah memberikan wasiat kepada Abdurrahman bin Abdul Malik, agar menyalatinya. Dan ketika beliau meninggal Abdurrahman pun memenuhi wasiatnya tersebut dengan menyalatinya bersama penduduk Bashrah. Mereka telah menjadi saksi meninggalnya Sufyan.

Abdurrahman bin Abdul Malik bersama Khalid bin Al-Haritsah dan dibantu penduduk Bashrah menguburkan Sufyan. Setelah acara pemakaman selesai, dia bergegas ke Kufah dan memberitahu keluarga Sufyan perihal meninggalnya Sufyan.

Demikian, semoga Allah memberikan rahmatNya yang luas dan memasukkannya ke dalam surgaNya yang tinggi yang buah-buahan didalamnya tidak tinggi hingga mudah dipetik oleh orang yang didekatnya. Amiin.

Sumber http://www.alsofwa.com/17031/157-tokoh-biografi-imam-sufyan-ats-tsauri.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.